Industri batik jambi lima tahun ini semakin menyusut Sebagian besar produk batik bermotif khas Jambi yang beredar di pasaran lebih banyak dipasok dari Pulau Jawa.
Dosen Program Magister Ekono mika Pembangunan Pascasarjana Universitas Jambi, Profesor M Rahmat, di Kota Jambi, Kamis (30/12), mengatakan, bisnis pemasaran batik jambi semakin marak, tetapi kondisi itu tidak seiring dengan bertambahnya jumlah unit usaha kerajinan tersebut "Jumlah UKM batik justru semakin berkurang," katanya
Di sentra kerajinan batik di Seberang, Kota Jambi, hanya sekitar 30 persen perajin yang masih aktif, sisanya gulung tikar.
Menurut Rahmat, biaya produksi dan tenaga kerja di Jambi cenderung lebih tinggi sehingga mendorong banyak pengusaha memesan produk batik ke Yogyakarta, Pekalongan, dan Bandung. Para pengusaha ini cukup memberikan contoh motif dan bahan yang diinginkan kepada perajin di Jawa untuk memperoleh produk batik bermotif khas Jambi dengan harga yang lebih murah.
"Harga batik buatan perajin lokal bisa mencapai Rp 400.000, tetapi batik bermotif Jambi yang dibikin di Jawa bisa mereka jual Rp 300.000," ujar Rahmat
Ia menambahkan, kreasi batik perajin Jambi juga masih kurang. Karena itu, pemerintah perlu memberi dukungan untuk mengangkat industri batik di Jambi
Atika, mantan perajin batik di Kelurahan Olak Kemang, Kota Jambi, mengatakan, lima tahun ini banyak perajin tidak lagi beroperasi walaupun perdagangan batik terus meningkat Penyebabnya, batik buatan perajin sulit bersaing dengan batik buatan perajin di Jawa. Harga batik buatan perajin Jambi lebih mahal dan motifnya dinilai kurang menarik Hal itu disebabkan bahan baku didatangkan dari Jawa dan ongkos pekerja lebih mahal.
Atika menyebutkan, jumlah perajin di wilayah Seberang Kota Jambi telah jauh berkurang dari sebelumnya sekitar 40 orang kini hanya sekitar 10 orang.
Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi 2009, jumlah perajin batik 224 orang, dengan jumlah unit usaha 49 unit.
sumber = Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar