Sarinah lndo-nesia akan melakukan ekspor singkong langsung ke China menyusul tingginya permintaan raksasa ekonomi Asia tersebut terhadap komoditas singkong. Selama ini, ekspor singkong ke China selalu melalui Korea Selatan.
Menurut Presiden Direktur dan CEO PT Sarinah Indonesia Jimmy Gani, pemilihan China sebagai negara tujuan karena permintaan China untuk singkong sangat tinggi. "Korea menjadi per-antaranya. Mereka mengambil dari Singkong dari Cilacap. Menyikapi kondisi ini, kita ingin menjadi trading house untuk komoditas singkong," terangnya.
Jimmy menyebut, ekspor perdana singkong ke China akan dilakukan pada bulan April tahunini. Untuk tahap pertama, sambung Jimmy, pihaknya menargetkan ekspor mencapai 5000 ton perbulan, walaupun kebutuhannya mencapai 13.500 ton perbulan. Nilai ekspor singkong ditargetkan akan mencapai Rp 10 miliar per tahun.
"Nanti ekspornya dalam bentuk gaplek. Sing-kongnya dipress dan dipotong-potong lebih da-hulu," jelasnya.
Sumber bahan baku singkong, imbuh Jimmy, akan diambil dari banyak tempat di Indonesia, diantaranya Lampung dan Ci-langka. Meskipun Cilacap selama ini banyak mengekspor ke China secara langsung. Pengambilan kepada petani untuk ekspor akan dilakukan dengan menggunakan trader lokal. "Pada 24 Februari nanti akan ada penandatanganan kerjasama dengan trader lokal," ujarnya.
Jimmy mengungkap, di negara China, singkong ekspor banyak digunakan untuk beberapa produk seperti pangan ternak, dan biofuel namun dalam tahap awal ini akan lebih banyak kepada permintaan singkong untuk pangan ternak. "Tapi ke depan kalau ada yang meminta untuk biofuel kita akan penuhi," terangnya.
Selain melakukan ekspor singkong untuk memajukan petani dalam negeri, tutur Jimmy, Sarinah juga melakukan ekspor kakao ke negara Eropa. Namun ekspor yang dilakukan bukan dalam bentuk biji kakao, melalaikan kakao olahan dalam bentuk butler ataupun powder. "Kalau bentuknya seperti ini petani akan sangat tertolong dan mendapatkan penghasilan lebih dari nilai tambahnya," ka-tanya.
Untuk komoditas kakao, ujar Jimmy, Sarinah menargetkan dapat mengekspor sekitar 500 ton pertahun atau sekitar 30-50 ton perbulan. Saat ini Sarinah telah mengumpulkan sekitar 120-200 ton kakao/bulan dari petani di Sulawesi tenggara dan Sulawesi tengah.
"Kita akan berupaya meningkatkan terus pengumpulan dari petani. Kita menargetkan 1.000 ton kakao per bulan dimana 500 ton dalam bentuk biji kakao dan 500 dalam bentuk olahan seperti butler dan powder," ungkapnya.
Jimmy mengaku juga akan melakukan kerjasama dengan trader lokal dari Lampung dan Sulawesi Barat dan daerah Sumatera Barat. Menurutnya, langkah tersebut merupakan cita-cita Sarinah untuk menjadi trading house. Sarinah juga akan membina UKM dan mengembangkan usaha kakao dari petani agar lebih bernilai tambah dan tumbuh berkesinambungan. Hasil pengolahan kakao dari petani bisa menjadi industri hilirisasi, seperti industri makanan dan kosmetik. "Di Jepang juga ada namanya Sogo Shosa, trading house membantu UKM untuk hilirisasi," ujar
perbaiki sistem ekspor gaplek.
BalasHapus