Senin, 21 Februari 2011

Djuniawan Wanitarti, Penggagas Konsep Bank Sampah di Lingkungannya

Jerih payah mengelola sampah tak hanya berbuah lingkungan bersih. Lembaran rupiah dinikmati warga. Semua itu dihasilkan dari kreativitas mengelola sampah rumah tangga menjadi bernilai ekonomis.

Tak ada yang tak berguna bagi warga RT 03/04 Perumahan Griya Lembah, Abadijaya, Sukmajaya, Kota Depok. Limbah rumah tangga yang dulu jorok, mendadak bernilai. Tumpukan kardus, kertas bekas, koran-koran dan botol-botol plastik yang tak berguna itu disulap jadi kreativitas unik. Bermanfaat dan bernilai ekonomis. Itu berkat kerja keras Kelompok Peduli Lingkungan (Poklili) yang diketuai Djuniawan Wanitarti


Menisut ibu dua anak ini, motivasi mengumpulkan sampah bukan semata-mata tujuan. Tapi, menyelamatkan lingkungan rumah tangga agar bersih. Ibu-ibu di sini kini terbiasa sibuk tidak saja mengurus anak-anak tapi aktif membantu pemerintah menjaga kebersihan memanfaatkan limbah menjadi barang bernilai ekonomis," jelasnya

Semua sampah rumah tangga ditampung dari warga mulai koran, buku, majalah, botol dan gelas air mi-neral, kardus, bungkus mie instan, sedotan air plastik, kaleng susu, gelas dan sikat gigi bekas. Semua limbah ini diolah menjadi barang berharga seperti kotak tisu, kotak pensil, pot bunga plastik, tas, sejadah, alas gelas, bungkus galon, tamplak meja dan souvenir lainnya. Kreasi barang olahan itu tak begitu saja terjadi. Semuanya bermula dari Bank Sampah.

Ada lima anggota Poklili Perumahan Griya Lembah tiap hari menerima sampah warga dan menimbang serta mencatat nama pemiliknya. Lantas, dijadikan sebagai tabungan dalam bentuk uang. Meski demikian, tidak semua nasabah mengambil tabungan setiap menimbang.

Paling kalau butuh uang baru mencairkan tabungan. Tapi, nasabah di sini paling banyak mengambil simpanan saat mau Lebaran," terang wanita yang akrab disapa Wanitarti tersebut. Bahkan, ada juga warga yang tidak mau mengambilnya, tetapi dihibahkan ke kas ibu-ibu PKK. Setiap nasabah, pada saat mau Lebaran bisa mengantongi uang antara Rp 1 j uta-p 1,5 juta.

Menurut wanita yang aktif sebagai Bendahara Asosiasi UMKM Kota Depok ini, meski usaha Bank Sampah ini berkembang dan banyak diikuti warga sekitarnya, namun bantuan modal kerja maupun ketrampilan belum pernah diterimanya dari Pemerintah Kota (Pemkot) Depok. "Bantuan yang ada baru meubatkan-nya ikut pameran, yang lainnya belum ada. Karena, ruangan usaha Bank Sampah hanya dua kali tiga meter persegi saya mengharapkan ada bantuan dari Pemkot Depok untuk membangun galeri yang lebih luas. Kalau soal tanah, di lingungan perumahan masih banyak lahan kosong," ungkap wanita motivator lingkungan itu.

Dikatakan, mendesaknya ruang lebih luas tidak saja untuk menampung sampah warga dan hasil kerajinan yang dihasilkan. Tapi, kediaman Wanitarti kini hampir setiap hari dikunjungi ibu-ibu rumah tangga dan pelajar untuk mempelajari bagaimana cara memilah-milah sampah untuk dijadikan barang bernilai komersil. Sehingga, butuh ruang yang lebih luas.

Ketrampilan yang diperoleh anggota Poliklili itu hasil pelatihan dari Poli-teknik Universitas Indonesia (UI) Depok. "Kalau dari Pemkot Depok belum pernah ada bantuan pelatihan apalagi modal," cetusnya. Djuniawan juga menerima limbah besi, aluminium dan kaleng serta limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). "Agar tidak mencemari," ungkapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar