Senin, 31 Januari 2011

Hilirisasi Industri Rumput Laut Mampu Angkat Ekonomi Pesisir

Rumput laut barangkali tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Selain mudah didapatkan karena dijual di pasar tradisional dan supermarket, bahan pangan ini tumbuh hampir di seluruh perairan Indonesia. Sayangnya, potensi ekonomi komoditas laut ini belum optimal termanfaatkan bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Pasalnya, rumput laut masih diekspor dalam bentuk gelondongan.

Jika ekspor rumput laut dalam bentuk mentah terus berlangsung, maka kekayaan potensi laut Indonesia sepenuhnya dinikmati negara asing. Masyarakat pesisir yang sejatinya menikmati kekayaan rumput laut, nanti hanya menjadi penonton di negeri sendiri. Cita-cita pemerintah menyerap tenaga kerja, menekan angka kemiskinan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi lewat pengembangan seluruh potensi alam berpeluang melambat.


Lantas bagaimana Kementerian Perindustrian mengoptimalkan pengembangan industri hilir rumput laut ini? Jumal Nasional berkesempatan berbincang-bincang dengan Wakil Menteri Perindustrian Alex Re-traubun di ruang kerjanya Kamis (27/1). Berikut nukilannya

Hilirisasi industri rumput laut ini seperti apa?

Hilirisasi mulai muncul saat rapat kerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan jajaran menteri dan gubernur di Istana Tampak Siring, Bali. Saya masuk dalam kelompok ekonomi. Di sana dibahas arahan Presiden SBY tentang perekonomian. Salah satunya pengembangan hilirisasi industri. Ini tujuannya mengoptimalkan nilai tambah sumber daya alam (SDA) dalam negeri.

Indonesia punya sumber daya alam pangan yang sangat beragam dan banyak. Bisa disebut misalnya, kakao, rumput laut, dan karet. Meski memiliki potensi sumber daya pangan banyak dan beragam, tapi banyak dijual dalam bentuk bahan baku mentah ke luar negeri. Hal itu sebenarnyatidak punya manfaat bagi , negeri ini. Oleh karena itu, cara pandang {mind set) perlu diubah. Dari pada menjual bahan mentah dan membeli kembali dalam bentuk jadi, maka sebaiknya kita olah saja di negeri sendiri sehingga bernilai tambah. Itulah alasan pemerintah mengembangkan hilirisasi industri.

Tapi, tidak semua komoditas pangan bisa tumbuh industri hilirnya. Maka kami cari, komoditas apa yang memiliki banyak produk turunan. Sebab kalau hanya satu atau dua saja produk turunan, maka industri yang dihasilkan tidak akan menyerap banyak tenaga kerja. Kalau komoditas itu banyak menumbuhkan industri turunan, maka akan menyerap banyak tenaga kerja dan nilai tambahnya sangat banyak.

Jadi, syarat komoditas yang dapat ditumbuhkan industri hilirnya harus memiliki banyak dan beragam produk turunan. Rumput laut termasuk komoditas yang memiliki banyak produk turunan. Pohon industri rumput laut ini memiliki tiga kelompok antara lain, food grade untuk produk turunan pangan seperti, ice cream dan salad, industrial grade yang menghasilkan biofuel dan pakan ternak, dan kategori far-matical grade penghasil obat-obatan dan herbal.

Hilirisasi industri jangan hanya menyentuh komoditas dengan investasi tinggi seperti, kelapa sawit. Tapi komoditas yang digeluti banyak masyarakat miskin. Sehingga kalau kita ingin terjadi daya dongkrak ekonomi masyarakat miskin, maka harus dikembangkan industri yang digeluti masyarakat miskin.di pesisir. Memang boleh saja menggenjot industri kelapa sawit, tapi hilirisasi industri rumput laut harus diangkat karena berbasis masyarakat ekonomi lemah.

Bagaimana percepatan hilirisasi industri rumput laut ini?

Hilirisasi industri rumput laut baru muncul tahun 2010. Kementerian Perindustrianhanya fokus hilirisasi industri tiga komoditas antara lain, karet, crude paint oil (CPO), dan kakao. Saya kecewa kenapa rumput laut tidak masuk di dalamnya. Padahal sudah dibuat bahwa industri rumput laut dikembangkan mulai 2010-2014. Dengan begini kita akan kehilangan momen pengembangan hilirisasi industri rumput laut. Tapi, oke meski tidak masuk ke industri hilir, saya tetap mengambil langkah agar industri rumput laut di Indonesia terangkat.

Upayanya bagaimana?

Saya memprovokasi sektor hulunya, karena industri hilir tidak bisa berkembang kalau tidak ada penguatan dari hulu. Jadi sisi hulu dan hilir harus bersinergi. Kalau kepentingan sisi hulu, maka kita bicara soal kementerian karena di sana disusun beragam kebijakan. Bagaimana menumbuhkan industri rumput laut kalau hulu macet?

Saya sangat senang ketika Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjadikan rumput laut sebagai komoditas prioritas. Produksi rumput laut digenjot maka industri hilir rumput laut harus tumbuh. Apalagi pengembangan komoditas rumput laut sudah disepakati enam kementerian antara lain. Kementerian Perindustrian, KKP, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Sekarang saja surat kesepakatan bersama sudah diparaf para sekretaris jenderal dari enam kementerian dan lembaga setingkat kementerian itu. Sekjen dari enam kementerian sudah paraf maka tidak ada keraguan lagi untuk menteri meneken itu. Tidak gampang menentukan menteri menekenkomitmen pengembangan industri rumput laut.

Artinya apa?

Ada dukungan nasional terhadap pengembangan rumput laut menjadi industri, sekaligus memiliki multiplayer effec untuk kebangkitan ekonomi rakyat. Artinya, ada jaminan pemerintah, minimal ada komitmen pemerintah mengembangkan komoditas ini.

Masing-masing kementerian memiliki peran dalam pengembangan hilirisasi industri rumput laut ini. Kemen-dag nanti akan mengurus soal tata niaga. Kalau kita ingin tumbuhkan industrirumput laut, maka kita minta tidak mengekspor bahan mentah rumput laut ke luar negeri. Singkatnya, penurunan kuota ekspor rumput laut seiring waktu. Keterlibatan BKPM untuk kepentingan peningkatan investasi. Sebab industri hilir rumput laut butuh dukungan investor.

Lantas, keterlibatan Kemenkop dan UKM untuk menggerakkan koperasi dan UKM rumput laut. Kehadiran Kementerian PDT untuk mendukung proses produksi. Jadi, keberadaan enam kementerian dan lembaga tinggi ini sudah lengkap dalam pengembangan hilirisasi industri rumput laut. Saya akan lihat nanti kalau program ini gagal, maka memang negara ini susah maju. Masadikeroyok enam kementerian bisa gagal.

Apa saja komitmen enam kementerian itu?

Dalam surat keputusan bersama itu sudah jelas tugas masing-masing kementerian. . Pihak mana yang mengatur tata niaga dan memperkuat industri hilir. Dari nomen-klaturnya sudah jelas. Ini terobosan yang luar biasa.

Seperti apa output tahun ini?

Minimal ada jaminan produksi. Jadi produksi akan semakin nyata. Kita tidak bisa bicara industri hilir kalau produksinya kadang berhenti. Sekali industri ini berjalan, maka mulai Januari-Desember harus tetap berproduksi. Berarti akan ada wilayah tertentu yang harus menjadi sentra produksi. Wilayah mana itu, kata kuncinya wilayah kepulauan seperti Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Bangka Belitung, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi, dan Papua. Wilayah kepulauan secara geografis sangat menguntungkan. Struktur pulau-pulaunya berlapis-lapis dan banyak teluk saat pergantian musim, tidak berpengaruh terhadap budi daya rumput laut.

Coba lihat di Pulau Jawa apa yang dibuat di pesisir selatan, ketika terjadi pergantian musim semua sarana nelayan dan budi daya berantakan.

Pindah ke Utara, ketika pergantian musim semua sarana rusak. Itu artinya produksi hanya berlangsung satu musim.

Kita bicara pengembangan hilirisasi rumput laut di wilayah kepulauan karena teluknya banyak dan tidak ada pengaruh musim sehingga produktivitas tetap jalan. Ciri khas lainnya, angka kemiskinan penduduk di wilayah kepulauan ini masih tinggi, seperti di Maluku dan NTT. Jadi gunakan momen hilirisasi industri rumput laut ini mendongkrak ekonomi rakyat.

Bagaimana insentif bagi hilirisasi industri ini?

Dalam Perpres No.28/2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, ada insentif bagi industri. Insentif patut diberikan pada industri yang terletak di daerah terpencil, di wilayah perbatasan termasuk di NTT. Jadi, kalau industri garam bisa tumbuh di Nagekeo, NTT, misalnya,maka itu ada insentifnya. Selain itu, industri yang mengedepankan industri hijau juga mendapat insentif. Jadi kebijakannya sudah jelas.

Persoalannya menumbuhkan industri di luar Pulau Jawa tidak gampang karena kendala infrastruktur, energi, dan sumber daya manusia (SDM). Bagaimana di NTT bisa berkembang industri kalau listriknya byarpet dan tidak ada SDM yang memberikan penyuluhan. Kami kerja keras meniapkan penyuluh lapangan di industri. Kemarin kami sudah teken kontrak tenaga pen\uluh industri kecil.

Apakah ada upaya meredam ekspor rumput laut gelondongan?

Untuk sekarang ini biarkan saja dari pada busuk di dalam negeri. Tapi kalau industri tumbuh, maka volume ekspor harus dikurangi menurut waktu karena industri hilir akan menyerap banyak bahan baku. Ini kewenangan Kementerian Perdagangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar